Ketua Presidium FPII: Larangan Liputan Sidang Adalah Kudeta Terhadap Demokrasi

Sabtu, 19 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fakta Berita Online —–JAKARTA–Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RKUHAP) kembali mencederai akal sehat publik. Pasal 253 ayat 3 draf RKUHAP 2025 yang melarang peliputan langsung sidang pengadilan adalah bentuk nyata kemunduran demokrasi dan kebebasan pers yang tak bisa ditolerir. Ini bukan hanya soal teknis peliputan, ini adalah upaya sistematis menutup ruang kontrol sosial terhadap sistem peradilan yang kerap gelap dan timpang.

“Saya menyatakan penolakan tegas terhadap pasal ini. Karena sejatinya, ruang sidang adalah ruang publik. Di sana nasib keadilan diuji, di sana pula aparat negara mempertanggungjawabkan kerja penegakan hukum. Lantas mengapa publik tak boleh tahu secara langsung?.” Ujar Ketua Presidium Forum Pers Independent Indonesia (FPII) Dra.Kasihhati saat dikonfirmasi awak media pada Kamis, (18/4/2024).

Menutup Sidang, Menyuburkan Mafia Peradilan

Kita tahu, mafia peradilan bukan cerita fiktif. Banyak kasus yang tiba-tiba melompat logikanya, saksi yang dibungkam, alat bukti yang menguap, dan jaksa yang “lupa” menuntut maksimal. Dalam konteks ini, peliputan langsung sidang adalah senjata utama jurnalis untuk membuka borok-borok hukum yang disembunyikan.

Dengan pelarangan liputan live, kita sedang membuka jalan lebar bagi praktek gelap itu tumbuh subur—di ruang tertutup, tanpa saksi, tanpa kamera, tanpa pertanggungjawaban publik. Kalau ini disahkan, rakyat kehilangan akses ke keadilan yang seharusnya milik mereka.

DPR Main Dua Kaki: Mengaku Demokratis, Tapi Menyusun Aturan Otoriter

Publik harus tahu: proses penyusunan RKUHAP ini tidak transparan dan minim partisipasi. Undangan kepada organisasi masyarakat sipil dan pers hanya sebatas formalitas. Aspirasi ditampung, tapi diabaikan. Pasal larangan liputan tetap bertahan di draf terbaru.

Kasihhati memaparkan Ini bukan ketidaktahuan. Ini adalah sikap sadar: DPR dan pembentuk undang-undang sedang membentengi kekuasaan dari pengawasan publik. Mereka tak ingin kasus hukum elite politik dibuka terang-terangan. Mereka tak ingin kegagalan penegak hukum diviralkan. Ini semacam kudeta diam-diam terhadap prinsip keterbukaan dan kontrol sosial yang dijamin konstitusi.

UU Pers & Konstitusi Dilanggar Terang-terangan

Pasal tersebut bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) UU Pers No. 40 Tahun 1999 yang melindungi kerja jurnalistik dari tindakan penghalangan peliputan. Ia juga bertabrakan dengan Pasal 28F UUD 1945 yang menjamin hak warga negara untuk memperoleh informasi.

Maka jelas, jika pasal ini disahkan, bukan hanya menciderai pers—tapi juga melanggar konstitusi.

Apa yang Belum Terungkap?

Yang belum banyak dibahas adalah siapa yang sebenarnya diuntungkan dari pasal ini? Apakah ini permintaan dari aparat penegak hukum yang tak ingin wajahnya disorot? Apakah ini kehendak elit partai yang khawatir sidangnya dipantau rakyat? Atau justru skenario untuk membungkam media kritis di tahun-tahun politik ke depan?

Kasihhati menduga, ada “persekongkolan sunyi” antara sebagian elite legislatif dan aparat hukum untuk mengembalikan sistem hukum Indonesia ke era gelap, era tanpa kamera, tanpa catatan, tanpa kontrol.

Sikap Kami Tegas: Lawan!

Forum Pers Independent Indonesia (FPII) menyatakan sikap:

1. Menuntut penghapusan Pasal 253 ayat 3 RKUHAP yang melarang peliputan langsung sidang.

2. Menyerukan aksi solidaritas nasional jurnalis dan media untuk menolak pasal ini.

3. Mendesak Presiden dan Mahkamah Konstitusi untuk tidak membiarkan pasal inkonstitusional ini lolos menjadi hukum positif.

4. Menyatakan siap melakukan uji materiil ke Mahkamah Konstitusi bila RKUHAP disahkan dalam bentuk sekarang.

“Kita tidak boleh diam. Karena kalau hari ini jurnalis dilarang meliput, besok rakyat bisa dilarang bicara.” pungkas Kasihhati.

Sumber: Ketua Presidium FPII

Editor : bang Romzi

Sumber Berita : FPII

Berita Terkait

Pengangkatan Dir PDAM di Soal Abdul Rauf Bungkam Kritik Dengan Aksi Nyata
Petinju cilik asal Timika siap bertanding pada ifen tinju amatir kabupaten SBB.
PAUD Sindabang Yamtimur Rampung adalah Bukti Keseriusan Pimpinan Terhadap Ohoi
FpII Desak Kajari Lampung Barat Segera Tetap Kan Tersangka Kasus Korupsi Dana Spp exs pnpm kec sukau
Fpii Desak Kajar Llampung Barat Segera Tetap Kan Tersangka Kasus Korupsi Dana Spp exs pnpm kec sukau
Polsek sumber jaya sigap tangkap pelaku pengeroyokan dan penganiaan di air hitam Lampung barat
Danrem 031/Wira Bima Ziarah dan Tabur Bunga dalam Rangka HUT Ke- 66 Korem 031 / Wira Bima
Danrem 031/Wira Bima Terima Audiensi FKUB Provinsi Riau

Berita Terkait

Sabtu, 19 April 2025 - 17:36

Ketua Presidium FPII: Larangan Liputan Sidang Adalah Kudeta Terhadap Demokrasi

Kamis, 17 April 2025 - 19:39

Pengangkatan Dir PDAM di Soal Abdul Rauf Bungkam Kritik Dengan Aksi Nyata

Kamis, 17 April 2025 - 18:27

Petinju cilik asal Timika siap bertanding pada ifen tinju amatir kabupaten SBB.

Kamis, 17 April 2025 - 10:43

PAUD Sindabang Yamtimur Rampung adalah Bukti Keseriusan Pimpinan Terhadap Ohoi

Kamis, 17 April 2025 - 01:41

FpII Desak Kajari Lampung Barat Segera Tetap Kan Tersangka Kasus Korupsi Dana Spp exs pnpm kec sukau

Kamis, 17 April 2025 - 01:19

Fpii Desak Kajar Llampung Barat Segera Tetap Kan Tersangka Kasus Korupsi Dana Spp exs pnpm kec sukau

Kamis, 17 April 2025 - 01:06

Polsek sumber jaya sigap tangkap pelaku pengeroyokan dan penganiaan di air hitam Lampung barat

Rabu, 16 April 2025 - 22:49

Danrem 031/Wira Bima Ziarah dan Tabur Bunga dalam Rangka HUT Ke- 66 Korem 031 / Wira Bima

Berita Terbaru