faktaberita.online | Saumlaki_
Diduga Tim Paslon RJ berinisial NM (53) usai kampanye dialogis, membagi-bagikan makanan, menyebabkan kematian warga dan belasan warga lainnya dilarikan ke Puskesmas Desa terdekat dengan gejala umum muntah-muntah, suhu badan naik, sakit perut dan sering BAB. Rabu (9/10/24).
Saksi fakta di lapangan berinisial JT (52) yang mengunjungi keluarganya di Desa Awear, Kecamatan Fordata, Kabupaten Kepulauan Tanimbar mengatakan kepada media ini bahwa terjadi pembagian nasi bungkus di siang menjelang sore hari usai kampanye dialogis Tim RJ kemudian malamnya mulai terjadi keluhan masyarakat yang muntah-muntah, sakit perut dan berulang kali BAB.
“Acaranya Rabu siang menjelang sore,
Rabu malamnya sudah mulai ada gejala,
Kamis pagi sudah banyak dilarikan ke Puskesmas Desa Romean”.ujar JT.
NM (53) disebut-sebut sebagai tim RJ yang membagi-bagikan makanan tersebut turut dilarikan ke Puskesmas untuk diinfus setelah mengeluh sakit perut dan sering BAB.
Setibanya di Puskesmas ternyata sudah terlihat sejumlah warga desa dilarikan ke Puskesmas tersebut dengan keluhan yang sama.
Melihat kondisi warga desa yang panik, JT sempat bertandang ke rumah tetangga dan di situ terlihat ada muntahan, setelah ditelusuri ternyata ini adalah muntahan anak kecil bernama J (4) anak dari GB (51) dan anaknya F (16) yang sudah duduk di bangku SMA juga mengalami hal yang sama dan kondisi sudah mulai lemas.
“Ini anak-anak bisa mati hanya gara-gara acara kampanye ini”.ucap GB dengan nada bingung.
Warga Desa lainnya berinisial SL (52) mengatakan bahwa sudah banyak pasien di Puskesmas kurang lebih 16 orang dan lainnya sementara dirawat di rumah masing-masing dan menurut pengakuannya masyarakat yang mengkonsumsi nasi tersebut dibawa dari Kota Larat dan memang sudah terasa basi.
“Desa lain tidak ada bagi nasi bungkus, Jadwal kampanye mulai dari desa Adodo, desa Walerang, desa Sofyanin dan terakhir di desa Awear, jadi makanan itu dibagi di desa Awear, orang-orang bilang rasa basi dan itu tidak dimasak disini”.ujarnya.
Sumber lain yang adalah keluarga dari korban YW (7) berinisial SW (42) minta supaya pemerintah daerah dalam hal ini dinas Kesehatan dan pihak kepolisian dapat mengotopsi jenazah korban keracunan makanan sebelum dimakamkan sehingga bisa diungkap data sebenarnya kandungan makanan beracun yang dikonsumsi oleh para korban.
“ Saya minta supaya Pemda dan Kepolisian bisà otopsi jenazah sebelum dimakamkan supaya dapat diungkap data penyebab sebenarnya” tegas SW.
YW (7) korban duduk di bangku kelas SD NK St Petrus Paulus Awear Fordata adalah anak dari Kakak SW yang meninggal setelah mengeluh sakit perut, suhu badan naik dan berulang kali BAB.
YW adalah anak dari Bapak ZA (51) dan Ibu PB (45) warga masyarakat Desa Awear berharap ada perhatian dari pihak berwenang kepada mereka yang mengalami kondisi yang telah merenggut nyawa ini.
Sumber lain lagi berinisial NK (38) yang berdomisili di kota Saumlaki menyebut telah menerima sejumlah video rekaman asli dari kampung desanya, Awear Lama, Kecamatan Fordata, Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
NK (38) meminta semua pihak harus komprehensif menanggapi Duka Korban Jiwa akibat keracunan makanan, mulai dari asal usul, pembagian dan pelayanan makanan sampai dengan apa yang telah diupayakan keluarga untuk pelayanan medis dan bagaimana kepedulian tim penyelenggara kampanye dialogis itu.
“Semua harus komprehensif mulai dari asal usul dan pembagian makanan, pelayanannya sampai dengan apa yang sudah diupayakan keluarga, bagaimana pelayanan medis di sana dan dari tim penyelenggara acarapun harusnya bertanggung jawab”. Ujar NK.
Sambungnya menerangkan hingga malam ini, jumlah pasien “nasi bungkus” bertambah menjadi 26 orang dari jumlah awal yang hanya 11 orang, terjadi peningkatan di angka 17 dan sekarang naik 26 orang.
Lanjutnya bahwa jumlah ini yang mengalami rawat inap sebanyak 16 orang, sisanya rawat jalan, lantaran daya tampung puskesmas rawat inap terbatas, kondisi pasien makin memprihatinkan karena sarana air bersih pada Puskesmas tersebut tidak memadai.
NM yang adalah tim RJ saat dihubungi media ini masih belum dapat dikonfirmasi karena dalam proses pemulihan kesehatan. (JKFBO)