faktaberita.online | Saumlaki
Sejumlah keluarga ABK (Anak Buah Kapal) Km. Rara Jaya 01 yang menuntut pertanggungjawaban pemilik kapal dan penanggungjawab menghilangnya kapal nelayan Km. Rara Jaya 01 yang bertolak dari base camp di belakang kantor PLN lama Saumlaki sejak tanggal 4 Maret 2024 dini hari sampai dengan saat ini sudah masuk tanggal 26 Maret 2024, ternyata tidak ada informasi yang jelas.
Bertempat di kampung Babar atas, Kecamatan Tanimbar Selatan, kota Saumlaki, salah satu keluarga ABK, Nikson Werluka (52) mengatakan kepada media ini bahwa dari pihak keluarga minta kepada saudara Slamet (36) yang melepaskan dan fasilitasi keberangkatan Km. Rara jaya 01, menuntut untuk bertanggungjawab dan buka mulut di Kepolisian Resort Kepulauan Tanimbar. Senin (25/03/24) malam.
Menurutnya, ABK 2 orang dari Sulawesi, 3 orang dari Tanimbar yaitu Noce Rangotwat (50), Simon Numberi (43), keduanya asal domisili desa Namtabung, Yunus Batkunda (42) asal desa Manglusi dan ada 2 ABK asal Sulawesi sampai saat ini belum ada kejelasan keberadaan kapal nelayan Km. Rara Jaya 01 dan disayangkan bahwa dari pihak keluarga sempat menemui saudara Slamet selaku penanggungjawab sama sekali tidak ada respon.
“ Ada 4 kapal nelayan yg keluar bersamaan saat itu, dengan pemilik kapal yang berbeda, cuman setelah peristiwa alam cuaca ekstrim ini mereda, 3 kapal nelayan dikabarkan telah kembali yaitu 2 kapal ke Dobo, 1 kapal kembali ke Saumlaki, sementara 1 kapal nelayan yaitu km. Rara jaya 01 hingga saat ini tidak kembali.” Tutur Nikson cemas.
Sambungnya menjelaskan, saat awal melaut, ada 2 kapal nelayan keluar bersamaan dari Saumlaki, ketika sampai di seputaran pulau Selaru, arah kapal nelayan sempat terpisah ke arah Tenggara dan arah Barat Daya. Yang arah Barat Daya sudah kembalikan dengan beberapa kerusakan serius, sedangkan yang arah Tenggara yaitu Km. Rara Jaya 01 belum kembali hingga saat ini.
“ Bila pemilik kapal tidak peduli, kami akan proses pemilik kapal ke ranah hukum, dia harus bertanggungjawab, semua pamitan dari rumah sekitar pukul 3 subuh, kondisi cuaca ekstrim, dia cari orang bukan kita cari dia, secara hukum dia harus bertanggungjawab karena ini pekerjaan beresiko, dia harus menyampaikan data real kepada pihak keluarga terkait dengan dari pergi sampai kembali.” Tegas Nikson.
Keluarga ABK lainnya, Chale Rangotwat (54) yang juga seorang pelaut turut memberikan penjelasan kepada media ini bahwa ini hal tidak biasa dan mengaku bingung bahwa pengalamannya melaut dari pergi sampai kembali paling kurang 2 minggu untuk persediaan tidak bisa sampai 1 bulan, sedangkan ini sudah memasuki 3 minggu.
“ Sekarang pertanyaannya dimanakah keberadaan mereka? apakah mereka dilengkapi dengan aplikasi cuaca, radio call, supaya bisa berkomunikasi, kami ingin tahu, sangat disayangkan bila peristiwa tanggal 4 itu apakah atas desakan majikan mereka harus melaut atau bagaimana, tapi pada prinsipnya mereka keluar tentunya atas kesepakatan majikan yang telah siapkan semua kebutuhan.” tutupnya.
Penanggungjawab kapal, saudara Slamet dan pemilik kapal nelayan Km. Rara Jaya 01 saudara Rara ketika dihubungi media ini via telepon seluler belum mendapat respon sama sekali.
(JKFBO)