faktaberita.online | Saumlaki_
Soleman Jambormias, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Ekonomi Kreatif Provinsi Papua Selatan, dalam kunjungannya ke kota Saumlaki, kepada media ini menyempatkan diri ungkap keprihatinannya atas kondisi perputaran ekonomi dan keuangan di Tanimbar, bertempat di Resto dengan ciri khas masakan asli daerah “Dapur Tanimbar”. Jumat (15/3/2024) malam.
Menurutnya, yang pertama dan utama adalah pemimpin harus bisa melayani dengan hati dan kasih tanpa membedakan siapapun dia dan bila pemimpin lalu membeda-bedakan maka sesuatu hal yang dibuat tidak akan tercapai tujuannya sebagai pemimpin.
“ Kita butuh pemimpin yang eksekutor tidak hanya bicara tapi mengeksekusi segala sesuatu demi kemakmuran rakyat, bukan berarti kita punya pemimpin disini tidak bisa, cuman kita harus menjadi pemimpin yang bisa mendorong masyarakat dengan keterbukaan informasi.” tegas dia optimis.
Sambungnya menjelaskan, bila pemerintah ingin supaya program daerah bisa di backup oleh anggaran, maka pendapatan-pendapatan asli daerah harus dapat ditingkatkan, salah satunya yaitu bagaimana daerah melakukan program pengembangan Pariwisata.
“ Pariwisata kalau kita semua sadar dia akan menjadi barometer perubahan ekonomi yang besar, bagaimana dengan destinasi-destinasi wisata, kita tingkatkan lalu kita promosi lewat anak-anak kita, mereka promosi sampai sejauh mana bisa jalan, lalu bagaimana cara kita menerima mereka yang hadir datang melihat tempat-tempat wisata kita, ini kita harus buat semuanya.” tegasnya.
Diakuinya bahwa perputaran keuangan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar sangat lemah dan kecil dan tentunya membutuhkan sosok pendobrak untuk harus berusaha lalu perputaran keuangan dan roda ekonomi bisa bergerak lebih cepat dan membayangkan bila perhari ada 1 buah pesawat yang datang dari kota Merauke dan membawa 15 orang penumpang, kemudian menetap di Saumlaki yang datang untuk sekedar kunjungan keluarga dan melihat-lihat kota Saumlaki, misalnya 1 penumpang membawa Rp.3 juta, berarti keuangan yang berputar cuma sekitar Rp.45 juta.
“ Bagaimana bila kita datangkan orang sebanyak mungkin, misalnya 500 orang kita hadirkan di Saumlaki, 1 orang Rp.2 juta, berarti 1 minggu berputar keuangan Rp.1 milyard, itu cara berpikir kita.” jelasnya.
Selanjutnya dia menuturkan kepada media ini pengalamannya ketika sebagai pimpinan KONI, ada anggaran Rp.14 milyard yang dikelolanya, dia merasa perlu untuk harus disampaikan kepada masyarakat dan kepada media pers dan kapan saja bisa diakses, sehingga bila suatu ketika masyarakat bilang uang daerah sudah habis, maka masyarakat akan tahu uang habis kemana.
“ Kita bicara pemerintah ini, kita bicara uang saja, pemerintah tidak bikin apa-apa yang bicara itu uang saja, uang ini kita mau kasih kemana, kita mau money folow program atau program follow money, apakah ada uang dulu baru kita bagi ke program-peogram atau kita sudah bikin program baru kita cari uang, mana yang terbaik yang mau kita terapkan.” tukasnya.
Mengakhiri penjelasannya, dia menegaskan bahwa membangun daerah harus butuh orang yang berani, tidak sekedar-sekedar membangun daerah dan juga dilihat dari sisi ekonomi masyarakat sudah sejauh mana, berapa persen perkembangannya, bukan soal kemampuan untuk cukup makan saja, tetapi kwalitas menata hidup sampai sejauh mana dan itu yang harus diperjuangkan dan dilakukan.
“ Saya di Papua hampir semua wartawan akrab sekali, jadi kalau saya punya kegiatan pasti penuh, tujuan saya bukan mencari nama supaya di expos, tapi paling tidak ada keterbukaan informasi terhadap masyarakat, misalnya begini, saya punya dokumen pelaksanaan anggaran setahun ada 18 milyard, itu untuk apa saja, saya harus bisa tampilkan, tidak saya harus sembunyikan.” tutupnya. (JKFBO)