IKA SMP Negeri 1 Batu Batu Gelar Diskusi Terkait Pengerukan Danau Tempe

Daerah302 Dilihat

 

FaktaBarita. online, Soppeng

Ikatan Alumni SMP Negeri 1 Batu-Batu menggelar diskusi tentang Dampak Pengerukan dan Pengelolaan Bendungan Gerak,Sabtu 13 Mei 2023.

 

Diskusi yang dilaksanakan pada pukul 20.00 WITA ini dihadiri oleh 4 narasumber yang memiliki kompetensi.

 

 

Mereka adalah Kadis Pertanian dan Perikanan Kabupaten, Erman Asnawi, Dosen dan Peneliti dari Universitas Lamappapoleonro Soppeng, Muh. Said, aktivis NGO dan Peneliti Kebencanaan, Nurhady, dan Warga dari pinggir Danau Tempe, H. Nurhan. Selain narasumber tersebut hadir juga 3 orang anggota DPRD Kabupaten Soppeng yang berasal dar Kecamatan Marioriawa, yaitu Andi Wadeng, Chandra Muhtar dan Nasfiding.

 

Diskusi yang dibuka oleh Ketua IKA SMP Negeri Batu-Batu, H. Sudirman Numba ini berjalan interaktif dan menarik. Selain karena diskusi ini didasari oleh hasil penelitian tentang dampak pengerukan dan pengelolaan bendungan gerak, juga adanya testimoni dari warga di pesisir danau tempe dan alumni IKA SMP Batu-Batu yang terdampak dan paparan Kadis Perikanan tentang 10 permasalahan yang muncul sekarang setelah ada pengerukan dan pengelolaan bendungan gerak.

 

Dalam paparannya Kadis Perikanan Kabupaten Soppeng menyebutkan bahwa persoalan utama yang sekarang dihadapi masyarakat adalah elevasi air yang tinggi akibat dari curah hujan tinggi, sedimentasi dan adanya bendungan gerak. Dampak yang muncul adalah punahnya ikan endemik, reproduksi ikan terganggu, elevasi air bertambah, luasan berkurang dan ikan pada palawang tidak bisa dipanen.

 

Muh. Said yang meneliti tentang lingkungan sosial dan karakteristik danau tempe menyebutkan bahwa bendungan gerak bertentangan dengan siklus pasang-surut air yang cocok untuk perkembangan-biakan ikan secara alami di Danau Tempe. Bendungan gerak menurutnya hanya menguntungkan petani di hulu, tapi merugikan nelayan.

 

Nurhady, Peneliti Danau Tempe terkait kebencanaan memaparkan bahwa bencana yang selalu terjadi di danau tempe dan sekitarnya adalah banjir. Dengan pengaturan ketinggian air yang berada di elevasi 5 meter menyebabkan ancaman banjir terus ada.

 

H. Nurhan, tokoh masyarakat yang tinggal daerah pesisir danau tempe membenarkan apa yang disampaikan oleh para peneliti. Bahkan menurutnya masyarakat dipesisir danau sudah sangat merasakan sulitnya mendapatkan penghasilan yang cukup dari menangkap ikan di Danau Tempe. Kesulitan ini sudah dirasakan setelah adanya bendungan gerak. Dan setelah ada pengerukan kondisi di masyarakat semakin sulit, tambahnya.

 

Penjelasan H. Nurhan ini dikuatkan oleh Kadis Perikanan. Menurutnya Sekarang ini menurut data dari Pemda Kabupaten Soppeng ada 700 nelayan yang terdampak dan merasakan kesulitan. Bahkan dari data Pemda Soppeng yang kemungkinan terkait adalah angka stunting yang meningkat di daerah ini. Kelurahan yang paling tinggi angka stuntingnya adalah Laringgi dan Limpomajang. Limpomajang salah satu daerah pesisir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *